1).
Keutamaan Shalawat Atas Nabi Muhammad SAW.
Dirirwayatkan
bahwa pada suatu hari Nbi Saw. Datang dengan wajah gembira. Kemudian beliau
bersabda: “ Datang saudaraku Jibril as. Kepadaku, lalu berkata: Hai
Muhammad, apakah engkau tidak senang bila seseorang dari umatmu mengucap
shalawat atas dirimu sekali dan Aku balas dengan shalawat sepuluh kali baginya.”
Nabi Saw
bersabda: “Barangsiapa mengucapkan shalawat atas diriku, maka para malaikat
mendo’akan baginya selama ia mengucap shalawat bagiku. Maka terserah hamba pada
waktu itu, apakah ia mengucap sedikit atau banyak.”
Nabi
Muhammad Saw bersabda: “barangsiapa mengucapkan shalawat bagiku dalam sebuah
kitab, maka para malaikat selalu memohon ampun baginya selama namaku tercantum
dalam kitab itu”
2)
Keutamaan Istighfar
Allah SWT Ta’ala
berfirmaan: “Dan juga orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji
atau menganiaya diri sendiri, mereka ingat kepada Allah, lalu memohon ampun atas
dosa-dosa mereka.” (QS.Ali Imron: 135).
Allah SWT Ta’ala
berfirman: “Dan orang-orang yang meminta ampun di waktu dini hari.” (QS.
Ali Imran:17).
Nabi Saw. Bersabda:
“sungguh
Aku memohon ampun kepada Allah dan bertobat kepada-Nya dalam sehari semalam 70
kali”.
Nabi Muhammad
Saw bersabda: “Barangsiapa berbuat dosa, sedang ia mengetahui bahwa
Allahmengawasinya, maka dosanya diampuni, walaupun ia tidak meminta ampun.”
Rasulullah Saw
bersabda: “Allah Azza wa Jalla berfirman (dalam hadis qudsi): “Hai
hamba-hambaku, masing-masing dari kamu berdosa, kecuali orang yang Aku selamatkan.
Maka, mintalah ampun kepada-Ku, niscaya Aku ampuni dosamu. Dan siapa yang
meyakini bahwa Aku berkuasa untuk mengampuni dosanya, maka Aku mengampuni
dosanya dan Aku tidak perduli”.
Nabi Saw
bersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan: Subhanaka dhalamtu nafsi wa ‘amiltu
suuan, faghfir lii, innahu laa yaghfirudz dzunuuba illa anta (Maha Suci Engkau
aku menganiaya diriku dan berbuat dosa, maka ampunilah dosaku, sesungguhnya
tiada yang mengampuni dosa-dosa, kecuali Engkau), maka Aku ampuni dosa-dosanya,
walaupun selembut jalannya semut.”
Fudhail Bin
Iyadh berkata, “Istighfar tanpa berhenti dari dosa adalah tobatnya para
pendusta”.