Syaikh
‘Abdul Qadir Jailani RA. Berkata: Aku berwasiat, janganlah mengadu kepada
siapapun atas apa-apa yang telah menimpamu berupa keadaan yang tidak
menyenangkan, baik itu kepada teman atau musuh, (dan janganlah engkau menuding)
Tuhan Yang Maha Kuasa lagi Maha Agung atas apa yang telah menjadi ketentuan-Nya
bagimu, dan menudingnya telah menurunkan kesengsaraan bagimu.
Sebaliknya,
perlihatkanlah kebaikan dan syukur. Kebohonganmu (dengan memperlihatkan) syukur
tanpa adanya nikmat yang engkau dapatkan, itu lebih baik dibanding kejujuranmu
dengan mengeluhkan keadaanmu sebagai orang yang
tidak mendapatkan nikmat dari Allah SWT.
Allah SWT
berfirman: “… dan jika kalian mencoba menghitung nikmat-Ku, maka kalian
tidak akan mampu menghitungnya…” (QS 14:34).
Sudah berapa
banyak kenikmatan yang engkau rasakan? Pasti engkau tidak akan mengetahuinya.
Janganlah
terlalu percaya pada siapapun dari makhluk-Nya, jangan merasa senang dengannya,
dan jangan mengumbar kepada siapapun atas apa yang ada pada dirimu. Cukuplah hanya
merasa senang dengan ALLAH SWT, percaya kepada-Nya, dan pengaduanmu cukup
kepada-Nya, jangan melihat yang selain-Nya.
Karena,
tidak ada seorangpun yang dapat memberikan mudharat dan manfaat, tidak dapat
mendorong dan menarik, tidak dapat memuliakan dan merendahkan, tidak dapat
mengangkat dan menurunkan, tidak dapat menjadikan fakir dan kaya, tidak dapat
menggerakkan dan mediamkan.
Semuanya
adalah makhluk Allah dan dibawah kekuasaan-Nya. Semuanya berjalan di bawah
perintah-Nya dan izin-Nya. Segala sesuatu ada ketentuan-Nya, tidak bisa
didahulukan bagi yang sudah di akhirkan, dan tidak bisa diakhirkan bagi yang
sudah didahulukan.
Allah SWT
Berfirman: “ Jika Allah menimpakan suatu kemudharatan kepadamu, maka tidak
ada yang dapat menghilangkannya kecuali Dia.Dan jika Allah menghendaki kebaikan
bagimu, maka tak ada yang dapat menolak kurnia-Nya. Dia memberikan kebaikan itu
kepada siapa yang dikehendaki-Nya di antara hamba-hamba-Nya dan Dialah yang
Maha Pengampun dan Lagi Maha Penyayang. (QS 10:107).
Jika engkau
mengeluhkan Dia, sedangkan engkau diberi kesehatan dan kenikmatan apa saja,
dengan tujuan meminta tambahan dan menutup mata atas apa yang engkau miliki
baik itu kenikmatan maupun kesehatan dengan menganggap sepele keduanya, pasti
Allah akan murka dan menghapuskan keduanya darimu.
Dia akan
benar-benar mewujudkan apa yang engkau keluhkan, melipat gandakan ujianmu,
menambah sedih siksamu, dan engkau lepas dari pengawasan-Nya. Maka hindarilah
mengeluh, walaupun seandainya dagingmu dipotong dan dicincang dengan gunting
besar.
Hindarilah,
hindarilah, dan hindarilah! Hati-hatilah, Awas! Semoga Allah menyelamatkan
kita. Sesunggunya kebanyakan musibah yang menimpa anak Adam adalah karena
keluhannya atas apa yang sudah menjadi ketentuan-Nya.
Bagaimanakah
engkau bisa mengeluhkan-Nya, sedangkan Dia MAHA Penyayang, Hakim yang paling
baik, Maha Lembut dan Bijaksana, Maha Pemurah lagi Maha Penyayang, Maha lembut
terhadap Hamba-Nya, tidak mendhalimi hamba-Nya. Dia bagaikan seorang dokter
yang penyayang, lembut dan dekat. Apakah seorang ibu atau bapak yang penyayang
akan dikeluhkan?
Nabi
Muhammad Saw. Bersabda: “Allah menyayangi hamba-Nya melebihi sayangnya orang
tua terhadap anaknya.” (*)
Wahai
miskin, baguskanlah akhlakmu! Maka musibah akan menjadi ujian bagimu. Jika
engkau tidak mampu bersabar, berusahalah untuk bersabar, dan jika engkau tidak
mampu untuk ridha dan menerima, maka berusahalah untuk ridha dan menerima
semampumu.
Wahai
manusia! Dimana engkau berada? Tidakkah engkau mendengar firman Allah SWT: “Di
wajibkan atas engkau berperang, padahal berperang itu adalah sesuatu yang
engkau benci. Boleh jadi engkau membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu. Dan
boleh jadi (pula) engkau menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu. Allah mengetahui,
sedang engkau tidak mengetahui. (QS 2:216).
Ilmu
hakikat telah pergi darimu dan engkau terhijab darinya, maka janganlah
berakhlak buruk, baik itu yang membuat engkau disenangi atau dibenci. Tetapi ikutilah
syariat yang ditutunkan kepadamu, jika engkau dalam keadaan bertaqwa yang
merupakan langkah pertama.
Taatilah
perintah saat keadaan terkendali dan dalam keadaan adanya hawa nafsu,j angan
engkau lewatkan, dan ini merupakan langkah kedua. Dan hendaknya engkau ridha
dalam mengerjakannya, dan fana’lah dalam keadaan al-Badaliyyah,
al-Ghautsiyyah dan ash Shiddiqiyyah, dan itulah langkah terakhir.
Menyingkirkanlah
dari jalan Qadar. Berpalinglah dari jalannya. Tahanlah diri dan hawa
nafsumu. Tahanlah lisanmu dari mengeluh.
Apabila
engkau melakukan hal itu, jika jadi baik, maka Allah akan menambahkan kehidupan
yang baik, nikmat, dan sentosa. Apabila tidak baik, maka Dia akan menjagamu
agar senantiasa taat kepada-Nya, dan menghilangkan cobaan dari sisimu, serta
mengangkatmu dari cobaan itu sehingga engkau dimaafkan.
Dia
akan menjagamu hingga berakhirnya cobaan itu, sebagaimana berakhirnya malam
apabila telah datang siang, dan dinginnya musim dingin apabila datang musim
panas.
Itulah
perumpamaan dirimu. Maka ambillah pelajaran darinya. Dosa-dosa dan macam-macam
kemaksiatan lainnyanadalah yang membuat seseorang tidak pantas untuk berada di
majelis yang Mulia Allah SWT sebagaimana tidak pantasnya seseorang untuk masuk
ke majelis raja. Kecuali setelah bersih dari najis dan berbagai kotoran. Maka ujian
dan cobaan itu adalah penghapus dan penyuci.
Rasulullah
saw. Bersabda: “Demam satu hari, menjadi penebus dosa satu tahun” (**).
_______¥_____
(*) = Hadis
No 5999, diriwayatkan oleh Imam Bukhari, dalam Shahih-nya, dari Umar bin
Khattab r.a: “Seorang tawanan perang menghadap kepada nabi Muhammad Saw, bahwa
ada seorang perempuan dari tawanan telah menyusui. Saat perempuan itu mendapati
seorang anak laki-laki dalam tawanan, ia mengambilnya, mengangkatnya dan
menyusuinya.
Maka Rasulullah Saw bersabda
kepada kita: “Apakah kalian menyangka bahwa dia akan membiarkan anaknya
didalam api?”. Kami katakana: “
Tidak, karena dia mampu untuk tidak membiarkannya.” Maka Nabi Muhammad Saw. Bersabda:
“Sesungguhnya Allah lebih penyayang kepada hamba-Nya dibanding perempuan ini
kepada anaknya.”
(**) = Al-Fatani menyebutnya dalam Tadzkirah
al-Maudhu’at Hal. 206, dan dikatakan bahwa hadis ini dha’if. Al-Qudha’I
men-takrij-nya dalam Asy-Syihab Juz 1/71. Dari Abdullah bin Mas’ud
berkata: Rasulullah saw bersabda: “Demam adalah kemujuran setiap mukmin dari
neraka, dan demam satu malam dapat menutup kesalahan criminal satu tahun.” INI JUGA HADIS LEMAH SEKALI.