Syaikh
‘Abdul Qadir Jailani Berkata: Apabila engkau sudah sampai kepada Allah SWT,
maka dengan izin dan taufiq-Nya engkau akan dekat dengan-Nya.
Yang
dimaksud dengan ‘sampai kepada Allah SWT adalah keluarnya engkau dari makhluk,
hawa nafsu, ambisi dan angan-angan, serta yakin akan kekuasaan dan Iradah-Nya,
tanpa harus ada gerakan, baik itu dari dirimu sendiri maupun dari makhluk-nya
yang lain.
Akan tetapi,
semua itu berasal dari kebijakan, perintah, dan perbuatan-Nya. Inilah yang
disebut keadaan fana’, yang mengambarkan sampainya seorang hamba kepada
Allah SWT.
Sampainya
seseorang kepada Allah bukanlah seperti sampainya ia kepada salah seorang
makhluk-Nya. Allah berfirman: Tidak ada sesuatu pun yang menyerupai Dia, dan
Dia Maha Mendengar dan lagi Maha Melihat (QS 42:11).
Maha besar
Allah yang tidak bisa diserupakan dengan Makhluk-Nya, atau dibandingkan dengan
semua ciptaan-Nya.
Adapun
seseorang yang sampai kepada Allah hanya diketahui oleh seseorang yang
bersangkutan, dengan kesadaran yang diberikan-Nya kepada orang itu.
Masing-masing orang dengan pengalamannya sendiri, dan tidak ada seorangpun yang
memiliki pengalaman yang sama.
Allah SWT
memiliki rahasia tersendiri dengan masing-masing rasul-Nya, nabi-Nya dan para
Kkeasih-Nya. Tidak ada yang dapat mengetahui selain Allah dan manusia yang
menjadi Kekasih-Nya itu.
Bisa jadi
ada rahasia yang dimiliki oleh seorang murid yang tidak diketahui oleh Syaikh,
sebaliknya ada rahasia yang dimiliki oleh seorang syaikh dan tidak diketahui
oleh muridnya yang telah mendekati ambang pintu maqam dimana syaikhnya
berada.
Maka apabila
si murid sudah sampai pada maqam syaikhnya, maka ia akan dipisahkan dari
syaikhnya dan terputus darinya, dan yang membimbingnya adalah Allah SWT. Maka
Dia akan memutuskannya dari semua makhluk.
Jadi,
seorang syaikh bagaikan ibu yang menyusui, yang tidak menyusui lagi setelah dua
tahun. Tidak ada lagi ketergantungan makhluk setelah hilangnya hawa nafsu dan
ambisi.
Seorang
syaikh diperlukan selama hawa nafsu dan ambisi itu masih ada, untuk membantu
menghancurkannya. Adapun setelah keduanya hilang, maka syaikh tidak lagi
diperlukan, karena sudah tidak ada kotoran dan kekurangan.
Apabila
engkau sudah sampai pada Yang MAHA Benar sesuai dengan yang telah kami jelaskan
tadi, maka selamanya engkau telah aman dari segalanya selain Allah SWT.
Engkau tidak
lagi melihat sesuatu selain-Nya sebagai wujud yang berarti, tidak ada manfaat
dan mudarat, tak dapat member maupun menolak, tidak adapat memberikan rasa
takut maupun harapan. Dialah yang berhak ditakuti dan berhak memberikan
ampunan.
Jadilah
engkau selalu awas dari tindakan-Nya, perhatikan selalu dari perintah-Nya,
sibukkan selalu dengan taat kepada-Nya, lepaskan semua ketergantungan pada
semua makhluk-Nya, duniawi maupun ukhrawi.
Janganlah
menggantungkan hatimu pada sesuatu dari makhluk-NYa, jadikan semua makhluk-Nya
itu bagaikan seorang yang di borgol kedua tangannya oleh seorang penguasa yang
tinggi kedudukannya, ditakuti, dan disegani, lalu kedua kaki orang tersebut
dibelenggu dan dia di ikat di sebuah pohon yang besar di tepi sungai yang besar
ombaknya, gemuruh suaranya, tinggi airnya, deras arusnya.
Lalu
penguasa itu duduk diatas kursi, dan disampingnya di simpan beberapa ikat anak
panah lengkap dengan busurnya dan berbagai senjata berat lainnya. Maka sang
penguasa dengan sesukanya mengarahkan senjata tersebut kepada orang yang di
ikat dipohon.
Apakah yang
terbaik bagi yang melihat kejadian itu, untuk tidak melihat kepada sang
penguasa dan tidak takut kepadanya serta tidak berharap kepadanya, lalu melihat
kepada orang yang dibelenggu, takut dan berharap darinya?
Bukankah
orang yang melakukan demikian itu, ditinjau secara rasional, dinamakan tidak
berakal, mendekati gila, bahkan binatang dan bukan manusia?
Kita
berlindung kepada Allah SWT dari kebutaan setelah melihat, terputus setelah
sampai, jauh setelah dekat, sesat setelah mendapat hidayah, dan kafir setelah
iman.
Maka dunia
bagaiakan sungai yang besar arusnya seperti yang telah kita gambarkan tadi. Setiap
hari bertambah airnya, dan itulah hawa nafsu bani Adam di dunia dan semua kelezatannya
serta kesulitan-kesulitannya yang menimpa mereka.
Adapun panah
dan berbagai senjata lainnya, adalah gambaran cobaan yang mengalir sesuai
ketentuan-Nya. Pada umumnya semua cobaan itu dirasakan oleh anak Adam didunia,
dan tidak mendapatkan kenikmatan dan kelezatan didalamnya.
Maka bagi
semua orang yang berakal, tidak ada kehidupan dan ketenangan baginya kecuali di
akirat, jika hal itu diyakininya (karena hal itu khusus bagi orang-orang
mukmin).
Rasulullah saw.
Berswabda: “ Tidak ada kehidupan kecuali kehidupan akhirat”. Dan Rausulullahn
saw. Juga bersabda: “Tidak ada ketenangan bagi seorang mukmin tanpa bertemu
dengan Tuhan-Nya”.
Rasulullah saw.
Bersabda pula: ‘ Dunia adalah penjara bagi orang mukmin dan surge bagi orang
kafir”. Sabdanya lagi : “Orang bertaqwa itu terkekang”.
Dengan penjelasan
hadits ini ,bagaimanakah sebetulnya hidup yang paling baik didunia ini?
Ketenangan yang
sejati adalah menggunakan semua kesempatan dari hidup ini hanya untuk taat
kepada Allah SWT, Dan berserah diri dibawah kekuasan-Nya. Maka dengan demikian,
jadilah seorang hamba keluar dari dunia. Ketika itulah dia mendapatkan kasih sayang,
rahmat, kelembutan, kecintaan, dan karunia dari Allah SWT.