Syaikh ‘Abdul
Qadir Jailani Berkata: Betapa sering engkau berkata, “Setiap orang yang
kucintai, tidak pernah abadi dan pasti terpisah di antara kami, baik itu karena
kepergiannya ke tempat yang jauh, kematian ataupun permusuhan, atau karena
rusak dan hilangnya harta”.
Maka dikatakan
padamu: Tidakkah engkau tahu wahai yang di cintai Allah, yang diberi perhatian
oleh-Nya, yang di awasi oleh-Nya, dan yang di cemburui dan mencemburui-Nya,
sesungguhnya Allah SWT cemburu kepadamu. Dia menciptakanmu untuk diri-Nya, lalu
engkau ingin menjadi milik selain-Nya?
Tidakkah
engkau mendengar firman Allah SWT: “… Dia mencintai mereka dan mereka
mencintai-Nya.” (QS 5:56), Dan firman-Nya: “Dan tidak akan aku ciptakan
jin dan manusia kecuali untuk menyembahku.” (QS 51:56).
Tidakkah
engkau mendengar sabda Nabi Muhammad Saw.: “Apabila Allah mencintai seorang
hamba, maka Dia mengujinya, dan jika dia bersabar, maka Allah akan meraihnya.” Lalu ada yang bertanya: “Wahai Rasulullah,
apa yang dimaksud dengan meraihnya?”. Beliau menjawab: “Allah tidak meninggalkan
untuknya harta maupun anak” (*).
Itu karena jika ia memiliki harta dan anak
yang ia cintai, maka kecintaannya kepada Tuhannya akan bercabang, berkurang dan
terbagi-bagi, sehingga ada sekutu antara Allah dan yang selain-Nya. Dan Allah SWT
tidak menerima persekutuan, karena Dia Pencemburu Yang Maha Kuasa atas Segala
sesuatu.
Maka Dia
akan membinasakannya dan menghilangkan sekutu-Nya, agar hati hamba-Nya bersih
dan murni hanya untuk-Nya tanpa adanya sekutu. Saat inilah terbukti firman
Allah: “… Dia mencintai mereka, dan mereka pun mencintai-Nya.”
Hingga akhirnya
hati menjadi bersih dan suci dari sekutu, baik itu keluarga, harta, anak,
kelezatan, dan syahwat, serta keinginan terhadap kekuasaan, kepemimpinan,
kemuliaan, status dan kedudukan spiritual, maqam, surga, derajat, dan
kedekatan, sehingga dalam hati tidak ada lagi iradah (keinginan) dan
angan-angan, maka hati seakan bagaikan wadah retak yang tidak dapat dipakai
untuk menampung cairan.
Begitulah hati yang tidak tersimpan lagi iradah apapun
didalamnya, karena telah pecah oleh perbuatan Allah. Setiap kali muncul
keinginan didalamnya, maka perbuatan dan kecemburuan Allah akan memecahkannya.
Maka ketika itu akan dibangun kemah keagungan, kebesaran dan
kewibawaan disekitarnya, sehingga tersingkir darinya ranjau-ranjau kesombongan,
hingga tak ada satu kehendak pun yang tersisa di hati.
Maka tidak ada lagi yang membahayakan hati, baik itu harta,
anak, keluarga, sahabat, kemuliaan, kekuasaan, maupun lainnya. Semua itu diluar
hati. Maka tidak akan ada penyekutuan Allah, karena semua itu merupakan
anugerah Allah SWT bagi hamba-Nya.
Allah memuliakan, menjaga dan memanjakan mereka dengan semua
itu, karena ketaatan dan kepatuhan mereka kepada-Nya. Semua itu menjadi
penjaga, bekal, pilihan dan syafaat bagi mereka baik di dunia maupun akhirat.
(*) = Hadis no 968,diriwayatkan oleh Ad-Dailami dalam Al-Firdaus,
dari Abi ‘Utbah al-Khaulani r.a. Hadis ini Dhaif.