Syaikh ‘Abdul
Qadir Jailani R.A Berkata: Tak akan tersingkap tabir dari wajahmu hingga engkau
keluar dari makhluk dan hatimu dapat mengendalikan mereka dalam semua keadaan. Lalu
hawa nafsu, keinginan dan cita-citamu lenyap. Maka engkau akan fana’ dari
segala sesuatu , duniawi maupun ukhrawi.
Engkau bagaikan
sebuah tempat yang retak, tidak ada lagi kehendak dalam dirimu kecuali kehendak
Tuhanmu Yang Maha Perkasa lagi Mulia. Hatimu penuh dengan cahaya-Nya, tidak ada
lagi tempat maupun celah untuk selain Allah SWT.
Engkau telah
menjadi penjaga hatimu, engkau diberi pedang tauhid, keagungan dan kebesaran. Maka
setiap orang yang engkau lihat mendekat menuju pintu hatimu, engkau tundukkan
ia. Tidak ada lagi dalam dirimu hawa nafsu, iradah, angan-angan, dunia
maupun akhirat.
Tidak ada
lagi kata-kata yang engkau dengar, tidak ada lagi yang engkau ikuti kecuali
perintah Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Mulia; tetap bersama-Nya, ridha dengan
ketentuan-Nya, bahkan berserah diri pada ketentuan dan kekuasaan-Nya. Maka engkau
telah menjadi hamba bagi Tuahan dan perintah-Nya, dan bukan hamba bagi makhluk
dan berbagai godaan.
Apabila hal itu
terus berlanjut pada dirimu, akan terbangun di hatimu antusiasme, kebesaran dan
kekuasaan, dan mengepungnya dengan pasukan hakikat dan tauhid.
Selain itu,
ada penjagaan langsung dari Allah SWT, agar dapat menghadapi gangguan makhluk
baik yang berupa setan, hawa nafsu, keinginan yang bathil, dan ajakan-ajakan
yang menyesatkan, yang semua itu muncul dari gejolak nafsu yang mengajak kepada
keburukan dan kesesatan.
Pada saat
itu, jika takdir sudah menentukan datangnya makhluk kepadamu yang
menggantikanmu untuk menerima cahaya ketetapan, dan tanda-tanda yang jelas, dan
mereka menyaksikan karomah yang tampak, dan hal-hal luar bisa yang
terus-menerus, semua itu akan menjadikan kedekatan, ketaatan, dan kesungguhan
dalam beribadah kepada Tuhanmu.
Engkau dijaga
dari semua itu, dari kecenderungan kepada hawa nafsu, hal-hal yang menakjubkan,
dan kebesaran yang membuat orang yang telah meraihnya angkuh dan takabur,
sehingga mereka dapat menerima kehadiranmu, dan mereka akan datang kepadamu.
Begitu juga
jika ditakdirkan mendapatkan istri yang baik dan cantik dengan seluruh
kesempurnaannya, engkau dijaga dari keburukannya, sehingga ia menjadi karunia yang
sangat memuaskanmu, terhindar dari kekurangan, kebohongan dan kekejian yang
lainnya. Maka ia dan keluarganya menjadi milikmu sepenuhnya. Dia menjaga amanah
darimu dan engkau terhindar dari gangguannya.
Dan jika ditakdirkan
lahir darinya anak, ia akan menjadi anak yang saleh, keturunan yang baik,
penyejuk hati, sebagaimana firman Allah SWT: “… Dan Kami jadikan baginya
istri yang shaleha.” (QS 21:90). Dan firman Allah SWT: “Ya Tuhan kami,
anugerahkanlah kepada kami istri-istri dan keturunan yang menjadi penyejuk hati
(kami), dan jadikanlah kami imam bagi orang-orang yang bertaqwa.” (QS
25:74), Serta firman-Nya: “… Dan jadikanlah dia, wahai Tuhanku, seorang yang
diridhai.” (QS 19:6).
Do’a yang
terkandung dalam ayat diatas dapat diamalkan dan akan dikabulkan bagimu, baik
engkau berdo’a dengannya maupun tidak. Karena ia akan tetap berada pada
tempatnya dan menjadi milik yang berhak menerimanya.
Yang paling
berhak menerima kenikmatan ini adalah orang yang berhak terhadap kedudukan ini,
berada di maqam ini, dan telah ditetapkan baginya ketentuan ini karena anugerah
dan kedekatan dengan-Nya.
Begitu juga,
apabila ditakdirkan dunia datang kepadamu dan engkau menerimanya, itu tidak
akan berbahaya karena apa yang sudah menjadi bagianmu memang mesti kau terima dan
kau bersihkan atas dasar perbuatan dan kehendak Allah, serta atas dasar adanya
perintah batin untuk menerimanya. Maka, terimalah itu, karena ia berarti
mengikuti perintah. Pahala menerimanya seperti pahala melaksanakan shalat dan
puasa fardu.
Engkaupun diperintahkan
untuk menyerahkan sebagian dari apa yang bukan menjadi hakmu kepada yang berhak
atasnya. Yakni mereka yang membutuhkan dan bagiannya pun sesuai dengan keadaan
masing-masing.
Keadaan merekalah
yang membuktikan dan membedakannya. Karena berita tentu tidak sama dengan menyaksikan
sendiri dengan mata kepala. Ketika itulah urusanmu menjadi jelas, tidak lagi
bercampur aduk, tidak ada keragu-raguan.
Maka hedaklah
kamu terus bersabar, ridha kepada-Nya, selalu menjaga keadaan, tidak
menonjolkan diri, tawadhu’, tenang, diam, tidak banyak bicara, waspada,
menyelamatkan diri, bersegeralah. Allah, Allah, Allah! Merendahlah, tahanlah
dirimu, dan merasa malu, hingga sampai waktunya ajal datang.
Sehingga engkau
ditarik ke depan, lalu diangkat beban yang ada padamu, lalu engkau akan tenggelam
didalam lautan karunia, kenikmatan dan rahmat. Engkau keluar dari situ dengan
mengenakan pakaian cahaya, misteri, dan ilmu ladunni.
Engkau telah
dijadikan dekat, dipuji, dianugerahi dan dijadikan kaya, berani dan diangkat
derajatnya serta di seru dengan seruan: “Hari ini engkau di sisi Kami tenang
dan aman”.
Kejadian seperti
inilah yang dialami Nabi Yusuf As ketika mendapatkan seruan yang sama, lewat
lisan raja Mesir dan para pembesarnya. Raja mesir mengatakan seperti seruan
diatas dan yang menyeru hakikatnya adalah Allah SWT dengan lisan Makrifat.
Allah memberi
selamat kepada Yusuf, Raja yang sebenarnya, raja diraja, penguasa nafsu,
pemilik ma’rifah, ilmu, kedekatan, kekhususan, ketinggian di sisi Allah
SWT. Firman Allah mengenai Yusuf a.s.: “Dan demikianlah Kami memberikan
kedudukan kepada Yusuf di negeri Mesir; (dia berkuasa penuh) pergi menuju
kemana saja ia kehendaki (QS 12:56).
Firman Allah
SWT mengenai pengadilan hawa nafsu: “Demukianlah, agar Kami memalingkan
darinya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba
Kami yang terpilih.” (QS 12:24).
Dan
firman-Nya mengenai penguasaan ma’rifah dan ilmu bagi Yusuf: “ Yang
demikian itu adalah sebagian dari apa yang diajarkan kepadaku oleh Tuhanku. Sesungguhnya
aku telah meninggalkan agama orang-orang yang tidak beriman kepada Allah,
sedang mereka ingkar kepada hari kemudian.” (QS 12:37).
Maka jika
kebetulan engkau diseru dengan seruan ini (wahai orang yang benar), jelas pasti
engkau diberi bagian besar dari ilmu yang agung, dan dimudahkan bagimu taufiq,
anugerah, kekuasaan, dan penguasaan penuh atas hawa nafsu dan yang lainnya yang
sifatnya duniawi, dengan izin Tuhan segala seesuatu di dunia sebelum (Akhirat).
Adapun di
akhirat, akan ditempatkan di Dar as-Salam dan surga yang paling tinggi,
serta dapat melihat wajah Yang Maha Tinggi lagi Mulia sebagai anugerah yang
paling tinggi, karena merupakan cita-cita yang tidak ada ujungnya.
source image: rumahati.wordpress.com