Syaikh ‘Abdul Qadir Jailani r.a.berkata: jadikanlah akhirmu
sebagai modal bagimu, dan duniamu sebagai labanya. Gunakanlah waktumu
pertama-tama untuk mendapatkan akhiratmu, selebihnya baru engkau gunakan untuk
memperoleh dunia dan mencari penghidupan.
Jangan sebaliknya, menjadikan dunia sebagai modal sedangkan
akhirat sebagai laba, sehigga engkau hanya menggunakan sisa waktumu untuk
mencari urusan dunia untuk urusan akhiratmu. Engkau melaksanakan shalat wajib
lima waktu dengan tergesa-gesa sehingga menelantarkan rukun-rukunnya, atau
kewajiban-kewajiban lain diluar ruku’ dan sujud serta thuma’ninah.
Atau, bahkan engkau tidak mampu menunaikan seluruh kewajiban
akhiratmu karena urusan dunia telah membuatmu lelah dan tertidur. Sehingga
engkau menjadi bangkai di malam hari dan pahlawan di siang hari; sebagai
pengikut hawa nafsu dan setanmu; menjual akhirat demi dunia; budak nafsu yang
selalu memuaskan syahwatnya.
Padahal engkau telah di suruh untuk mengendalikannya,
membinanya dan menggunakannya di jalan keselematan, di jalan akhirat dan dalam
rangka taat kepada pemiliknya. Tetapi engkau telah menyesatkannya dengan
menerimanya dan menyerahkan tali kendali dirimu kepadanya.
Engkau telah mengikuti syahwat dan kelezatannya. Engkau telah
bersepakat dengan setan dan nafsunya, sehingga lepas dari kebaikanmu dunia dan
akhirat. Dan di hari kiamat kelak, engkau datang sebagai orang yang paling
bangkrut dan merugi dalam urusan dunia dan akhirat. Dengan mengikutinya, engkau
tidak akan mendapatkan banyak bagian duniamu.
Tetapi, jika engkau menempuh jalan akhirat dan menjadikan
akhirat sebagai modal bagimu, engkau akan mendapatkan dua keuntungan sekaligus,
keuntungan akhirat dan dunia. Dan, mendapatkan bagian duniamu dengan tenang dan
terhormat.
Rasulullah saw. Bersabda, “Sesungguhnya Allah akan
memberikan dunia bagi yang berniat mendapatkan akhirat, dan tidak akan
memberikan akhirat bagi yang berniat mendapatkan dunia”.
Betapa tidak! Niat untuk mendapatkan akhirat adalah taat
kepada Allah SWT, dan niat sendiri merupakan ruh sekaligus esensi ibadah.
Apabila engkau taat kepada Allah dengan kezuhudan di dunia
dan hanya mencari dar al-akhirah, tentu
engkau termasuk hamba pilihan Allah. Sebagai orang yang taat dan mencintai-Nya,
maka engkau akan mendapat bagian akhiratmu, surga dan berada di sisi Allah SWT.
Dunia juga akan berkhidmat kepadamu. Dia akan mencukupkan
bagianmu yang telah ditentukan bagimu. Karena segala sesuatu tunduk dan patuh
kepada Pencipta dan Pemiliknya, tiada lain Dia-lah Allah SWT.
Tetapi jika engkau sibuk dengan dunia dan berpaling dari
akhirat, Allah SWT akan marah kepadamu dan akhirat tidak akan engkau dapatkan.
Dunia akan murka dan mempersulitmu, sehingga engkau akan kesulitan dalam
mendapatkannya.
Bagianmu akan diberikan kepadamu dengan kemurkaan Allah,
karena dunia itu milik-Nya, akan terhina orang yang durhaka kepada-Nya, dan
akan mulia orang yang taat kepada-Nya. Pada saat inilah terbukti apa yang di
sampaikan Rasulullah saw. dalam sabdanya: “Dunia dan akhirat adalah dua
pesaing, apabila engkau memilih salah satunya maka yang lainnya akan marah
kepadamu”.
Allah SWT berfirman: “ Diantara kalian ada yang
menginginkan dunia dan ada juga yang menginginkan akhirat” (Q.S 3:152).
Artinya, ada dua kelompok manusia, yaitu kelompok yang menginginkan dunia, dan
yang satunya lagi kelompok yang menginginkan akhirat.
Tengoklah dari kelompok manakah engkau? Dan kelompok manakah
yang engkau pilih, sedangkan engkau berada di dunia?
Karena makhluk itu ada dua golongan, satu golongan yang
mencari dunia, dan golongan yang lain mencari akhirat.
Pada hari kiamat nanti, mereka juga terbagi menjadi dua
kelompok, satu kelopok berada di surga, dan yang satu di neraka. Ada juga
kelompok yang lama dalam hisab, pada hari yang sebanding dengan lima
puluh ribu tahun berdasarkan perhitunganmu.
Firman Allah SWT: ”Segolongan masuk surga dan segolongan
masuk neraka (QS 42:7). Dan sebagaimana diberitakan Nabi Muhammad saw: “Pada
hari kiamat nanti kalian akan berada di bawah naungan ‘arsy. Di hadapan kalian
ada meja-meja hidangan yang penuh dengan berbagai makanan yang paling baik,
buah-buahan, dan madu putih dari es. Mereka melihat tempat masing-masing di
surga, sehingga ketika mereka selesai dari hisab, mereka masuk surga. Mereka di
giring ke tempat masing-masing laksana seorang manusia yang menuju kerumahnya”.
Tentu saja, mereka tidak akan sampai pada keadaan seperti itu
kecuali dengan meninggalkan dunia dan sibuk mencari akhirat dan mengharap
berjumpa dengan Maula ‘Azza wa Jall.
Dan mereka tidak akan lama dalam hisab dan berbagai
siksa serta kehinaan kecuali karena sibuknya mereka dengan dunia, kecintaan
mereka kepada dunia, penolakan mereka terhadap akhirat, sedikitnya ujian, dan karena
mereka lupa akan hari kiamat dan apa yang akan terjadi padanya nanti
sebagaimana yang di terangkan dalam Al-Qur’an dan Sunnah.
Maka tengoklah dirimu, dan pilihlah kelompok yang paling baik
baginya, dan asingkanlah ia dari teman yang buruk, baik setan, manusia, maupun
jin. Jadikanlah Al-Qur’an dan Sunnah sebagai pembimbingmu. Perhatikan apa yang
ada di dalamnya dan amalkanlah, dan janganlah terpedaya dengan ucapan, kata
orang, dan tipu daya yang lainnya.
Allah SWT berfirman: Dan apa yang diberikan Rasul kepadamu
maka terimalah itu, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah; dan
bertaqwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah sangat keras hukuman-Nya. (QS
59:7).
Yaitu takutlah kalian kepada Allah dan janganlah kalian
berbeda dari-Nya sehingga kalian meninggalkan amal yang beliau bawa, dan kalian
menciptakan amal dan ibadah bagi diri kalian sendiri. Sebagaimana firman Allah
SWT mengenai suatu kaum yang sesat dari jalan Allah: “Dan mereka
mengada-adakan rahbaniyyah(*) padahal kami tidak
mewajibkannya atas mereka”. (QS 57:27).
Sesungguhnya Allah telah menyucikan Nabi-Nya, Muhammad saw,.
dari berbagai kebatilan dan dusta, sebagaimana firman-Nya: “Dan tiadalah
yang di ucapkannya itu menurut kemauan hawa nafsunya. Ucapannya itu tiada lain hanyalah
wahyu yang di wahyukan (kepadanya)”. (QS 53:3-4).
Maksudnya bahwa apa yang disampaikan Muhammad saw kepada
kalian adalah dari Allah, dan bukan dari hawa nafsu dan diri Muhammad, maka
ikutilah dia.
Lalu firman-Nya: Katakanlah (wahai Muhammad): “Jika engkau
(benar-benar) mencintai Allah, maka ikutilah aku, niscaya Allah akan mencintai
kalian… (QS 3:31). Maka dalam ayat ini di jelaskan bahwa jalan menuju
cinta-Nya adalah mengikuti Rasulullah saw, baik perkataan maupun ucapannya,
karena Nabi saw sendiri telah bersabda: “Berusaha adalah sunnahku, dan
tawakkal adalah keadaanku”.
Jadilah antara sunnah dan keadaan Nabi saw. Apabila imanmu
masih lemah, engkau harus berusaha karena itu merupakan sunnah beliau. Dan jika
imanmu telah kuat, bertawakkal-lah karena itu merupakan keadaan beliau.
Allah SWT berfirman: ”…Dan kepada Allah-lah hendaknya
kalian bertawakal, jika kalian (benar-benar) beriman. (QS 5:23). Dan Allah
SWT berfirman: “Barang siapa yang bertawakkal kepada Allah, maka Allah akan
mencukupinya”. (QS 65:3). Dan firman-Nya: ”Sesungguhnya Allah mencintai
orang-orang yang bertawakkal (QS 3:159).
Allah telah memerintahkanmu agar bertawakkal kepada-Nya dan
mengingatkanmu akan hal itu, sebagaimana Nabi-Nya telah memerintahkan pula akan
hal itu.
Patuhilah semua perintah Allah SWT dan Rasul-Nya dalam segala
aktivitasmu, karena kalau tidak, pasti di tolak. Rasulullah saw. telah
bersabda: “Barangsiapa yang melakukan suatu amal yang bukan dariku, maka ia
ditolak”. Ini meliputi permohonan rezki, perbuatan, dan perkataan.
Tidak ada nabi lagi bagi kita selain Muhammad saw., maka kita
harus mengikutinya. Tidak ada kitab bagi kita selain Al-Qur’an, maka kita
jadikan acuan dalam berbagai hal. Dan janganlah kelauar dari keduanya, karena
kalau engkau keluar dari keduanya, engkau akan binasa, dan engkau akan
disesatkan oleh hawa nafsu dan setan.
Allah SWT berfirman: ”Dan janganlah engkau mengikuti hawa
nafsu, karena ia akan menyesatkanmu dari jalan Allah”. (QS 38:26).
Keselamatan adalah bersama Kitab (Al-Qur’an) dan Sunnah, dan
kebinasaan adalah bersama yang lain dari keduanya. Dengan keduanya seorang
hamba dapat naik ke tingkat al-wilayah, al-badaliyyah, dan al-ghautsiyyah.
Cataan Penting:
(*) = yang dimaksud dengan Rahbaniyyah adalah tidak menikah atau tidak beristri/bersuami
dan mengurung diri dalam biara.
Source Image: www.yunipriskilaginting.wordpress.com