Pertanyaan:
Dalam pelajaran
tauhid, Allah SWT mempunyai sifat Qidam yang berarti tidak ada permulaan bagi
wujud-Nya, sementara makhluk di awali dengan tidak ada. Lantas makhluk yang diciptakan
pertama kali oleh Allah SWT itu apa? Dan apa yang Allah kerjakan sebelum
menciptakan makhluk pertama kali?
Kami juga
sempat bingung mengenai keabadian alam akhirat. Jika abadi selamanya, apakah
tanpa batas sebagaimana Baqa’nya AllahSWT serta sampai di situkah (hari kiamat)
Allah mensyariatkan pada hamba-Nya?
Jawaban:
Mengenai makhluk yang pertama kali yang diciptakan, para
ulama masih khilaf (berbeda pendapat); ada yang mengatakan al-Qalam (pena)
dan ada yang mengatakan Núr Muhammad SAW.
Apa yang Allah kerjakan sebelum menciptakan makhluk pertama
kali? Kalau makhluk itu adalah yang dijadikan pertama kali oleh Allah, maka
otomatis makhluk itulah yang pertama kali dijadikan. Jadi, Allah SWT tidak
berbuat apa-apa sebelum menciptakan/menjadikan makhluk pertama kali.
Dari keterangan diatas, maka bila makhluk pertama kali yang
diciptakan oleh Allah SWT adalah al-Qalam, berarti sebelum al-Qalam Allah
tidak berbuat apa-apa. Akan tetapi, harus diketahui bahwa dalam masalah ini,
hendaklah di sadari bahwa Allah punya sifat jáiz, Fi’lu Mumkinin aw Tarkuhu (boleh
mengerjakan hal yang mungkin ataupun meninggalkannya/tidak mengerjakan), dan
segala sesuatu selain Allah adalah Mumkin (mungkin ada / dikerjakan oleh
Allah dan mungkin tidak).
Jadi, Allah SWT jáiz membuat makhluk sebelum makhluk
ini. Tapi, tidak ada nash baik dari al-Qur’an atau Hadis, yang
menerangkan bahwa Allah SWT pernah membuat makhluk sebelum makhluk yang
sekarang ini.
Masalah kekalnya akhirat, Allah SWT sudah berfirman bahwa
alam akhirat, surga atau neraka, itu kekal (khulúd), yakni di kekalkan
oleh Allah. Jadi, akhirat itu dalam kenyataannya adalah kekal abadi sebab di
kekalkan oleh Allah SWT.
Akan tetapi, dalam hakikatnya, alam
itu barang mumkin, berarti bisa kekal bisa juga rusak menurut irádah dan
masyi’ah (kehendak) Allah, seperti makhluk-makhluk yang lain.
Alhasil, akhirat itu adalah mumkin
yang bisa kekal dan bisa rusak. Ini adalah hakikatnya akhirat. Akan tetapi,
kalau Allah SWT itu sudah berfirman bahwa akhirat itu kekal sebab dikehendaki
kekal oleh-Nya, maka akhirat itu harus kekal dalam kenyataannya.
Wal-Láhu a’lam bish-shawab
Source:
- Artikel ini dikutib dari buku “Bunga Rampai Dialog Iman-Ihsan” yang di terbitkan oleh Pustaka Pondok Pesantren SIDOGIRI, Pasuruan, Jawa Timur.
- Pertanyaan diatas ditanyakan oleh saudara A. Nawawi Zain (Panti Jember) dan dijawab langsung oleh KH. A. Nawawi Abdul Djalil, Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri.
- Sumber gambar: tauhidcandrabuana.blogspot.com
- Sumber gambar: tauhidcandrabuana.blogspot.com