Pertanyaan:
Kata sebagian ulama, iman itu bertingkat-tingkat. Saya ingin
tahu, berapa tingkatan iman tersebut, dan seperti apa gambarannya?
Jawaban:
Iman memang ada tingkatannya. Jumlah tingkatan iman itu ada
lima. Pertama, Imánu Taqlidin (iman ikut-ikutan). Maksudnya, memiliki
kemantapan iman karena mengikuti perkataan orang lain tanpa mengetahui
dalilnya. Iman tingkat ini masih sah. Namun, bila ia mampu memikirkan dalilnya,
tapi tidak memikirkan, maka ia berdosa.
Kedua, Imánu Ilmin (iman karena sudah tahu), yaitu
mengetahui akidah-akidah tauhid dengan dalil-dalilnya. Keimanan ini berangkat
dari ‘ilmil-yakin (pengetahuan yang membuahkan keyakinan), bukan karena
ikut-ikutan. Tingkat pertama dan kedua ini masih belum sampai pada tingkat ma’rifat
bil-Láh.
Ketiga, Imánu ‘Iyánin (iman karena sudah tampak pada
dirinya), yaitu ma’rifatul-Láh bi-muráqabatil-qalbi (makrifat kepada
Allah SWT dengan cara selalu muráqabah kepada Allah SWT). Di tingkat
ini, seseorang selalu memperhatikan Allah SWT. Allah SWT tidak lepas dari jiwa
dan pikirannya. Keagungan Allah selalu ada dalam perasaan dirinya dan ia
seakan-akan melihat Allah SWT. Ulama menyebut tingkat ini dengan nama maqám
Muráqabah dan Ainul-Yakin.
Keempat, Imánu Haqqin, yaitu Ru’yatul-Lah
bi-qalbihi (melihat Allah SWT dengan hatinya). Tingkat inilah yang dimaksud
pernyataan ulama: “Al-‘Arif yará Rabbahu Fi kulli syai’in” (orang yang
makrifat melihat Tuhannya dalam setiap apapun yang ia lihat). Tingkat ini
disebut Maqám al-Musyáhadah dan Haqqul-Yaqín. Orang yang sampai
pada maqám ini akan terhalang dari makhluk karena sudah menyatu dengan
Allah SWT.
Kelima, Imánu Haqiqatin, yaitu al-fana’ bil-Láh was-sakru
bi-hubbihi, fala’ yasyadu illá iyyaáh (orang yang jiwanya sudah fana dan
mabuk karena cinta kepada Allah SWT, ia tidak menyaksikan apapun selain Allah
SWT). Orang yang mencapai tingkat ini, maka ia seperti orang tenggelam di laut
yang tak bertepi. Tingkat kelima ini merupakan tingkat tertinggi dibanding
tingkat-tingkat yang lain.
Adapunyang menjadi kewajiban orang Mukmin adalah tingkat
pertama dan kedua, sedangkan untuk tingkat ketiga dan keempat serta kelima
merupakan ilmu-ilmu Allah SWT yang diberikan oleh Allah SWT untuk hamba yang
dikehendaki-Nya. Wal-Láhu a’lam bish-shawáb.
Source:
- Artikel ini dikutib dari buku “Bunga Rampai Dialog
Iman-Ihsan” yang di terbitkan oleh Pustaka Pondok Pesantren SIDOGIRI,
Pasuruan, Jawa Timur.
- Pertanyaan diatas ditanyakan oleh saudara Syamsul Arifin
(Jakarta) dan dijawab langsung oleh KH. A. Nawawi Abdul
Djalil, Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri.
- Sumber gambar: abuubaidillah.com