Pertanyaan 1:
Surga itu tidak ada akhirnya, apakah ada perbedaan tidak
rusaknya surga dengan tidak rusaknya Allah SWT?
JAWABAN:
Menurut keterangan yang cukup detail di dalam kitab Hásyiyah
ash-Sháwi (4/169) dan kitab Qathrul-Ghayts (hlm. 12), tidak rusaknya
Allah SWT itu bersifat wajib. Maksudnya, mustahil Allah itu Rusak, atau tidak
ada peluang untuk rusak.
Sedangkan membuat surga tidak rusak itu sesuatu yang mungkin
bagi Allah SWT, atau tidak akan rusak tetapi berpeluang untuk rusak, atau
dengan kata lain berkemungkinan untuk rusak. Ini dikarenakan siapapun selain
Allah masih berkemungkinan untuk tidak ada atau rusak, termasuk surga.
Pertanyaan 2:
Apakah termasuk kufur orang yang selalu dibisiki setan
tentang Allah SWT? Misal Allah dikatakan dengan sifat yang tidak pantas
dimilikinya. Saya benar-benar tersiksa.
Jawaban:
Selain bisikan itu tidak sampai terlontarkan dengan
kata-kata, maka tidak mengakibatkan kufur. Sebab hal itu merupakan hal yang
sulit dihindari oleh seorang hamba. Dan terhadap bisikan hati, agama tetap
menoleransi, sepanjang bisikan itu tidak dilontarkan dengan kata-kata.
Source:
- Artikel ini dikutib dari buku “Bunga Rampai Dialog Iman-Ihsan” yang di terbitkan oleh Pustaka Pondok Pesantren SIDOGIRI, Pasuruan, Jawa Timur.
- Pertanyaan diatas ditanyakan oleh saudara Darussalam (Bangkalan) dan H.Ilham (Bondowoso) yang statusnya sudah di edit oleh penulis dan dijawab langsung oleh KH. A. Nawawi Abdul Djalil, Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri.
- Sumber gambar: sayalupa.com