Pertanyaan:
Apakah al-Qur’an yang sekarang ini katakan Qadim, sedangkan
masa al-Qur’an dari saat turun ke bumi sampai sekarang sudah berabad-abad
lamanya? Syukran Jazila
Jawaban:
Kalamul-Lah (ucapan Allah SWT) menurut
Ahlusunah wal- Jamaah adalah Bilá harfin walá shautin (tanpa disertai
huruf dan suara), dan Kalámul-Láh itu Qadim. Sedangkan al-Qur’an
yang sekarang ini menunjukkan Kalámul-Láh yang qadim yang Bilá
harfin walá shautin itu. Karena sebagai dalálah-nya (menunjukkan) Kalámul-Láh
yang Bilá harfin walá shautin yang hukumnya qadim, maka
al-Qur’an juga dikatakan qadim.
Kita menghukumi al-Qur’an itu qadim
karena ta’adduan (menghormati) kepada Kalámul-Lah. Artinya,
keharusan kita terhadap Kalámul-Lah adalah berlaku tata karma, sehingga
sesuatu yang ditunjukkan oleh Kalámul-Lah-pun juga kita katakana qadim.
Pertanyaan 2:
(MAKSUD KAM MUTTASHIL DAN
KAM MUNFASHIL)
Apakah yang dimaksudkan kam
muttashil dan kam
munfashil yang ditiadakan oleh sifat Wahdaniyah bagi Allah SWT? Mohon
penjelasannya.
Jawaban:
Yang dimaksud dari sifat Wahdaniyah
(satu) bagi Allah SWT itu meniadakan kam muttashil dank am
munfashil adalah: sifat Wahdaniyah Allah SWT itu ada dua macam: Wahdaniyah
fidz-Dzat (satu dalam Dzat-Nya Allah swt), yang maksudnya Dzat Allah itu
tidak tersusun dari beberapa juz. Dan ketersusunan juz inilah yang dinamakan kam
muttashil (perkara lebih dari satu yang sambung) yang ditiadakan oleh
sifat Wahdaniyah Allah SWT.
Dan juga tidak ada dzat perkara
baru yang menyerupai Dzat Allah, yang mana Dzat Allah SWT dan dzat perkara baru
itu bernama kam munfashil (perkara lebih dari satu yang pisah)
yang juga ditiadakan oleh sifat Wahdaniyah Allah SWT.
Sedangkan yang dimaksudkan Allah
SWT Wahdaniyah fish-shifat (satu dalam sifat-Nya) yaitu tidak ada sifat
Allah SWT yang sama dalam nama dan maknanya, seperti tidak ada dua sifat Qudrah
bagi Allah, tidak ada dua sifat Iradah Allah SWT, dan lain
sebagainya, yang mana dua sifat Allah yang sama dalam makna dan namanya ini
bernama kam muttashil yang ditiadakan oleh sifat Wahdaniyah Allah
SWT.
Dan juga tidak ada sifat perkara
baru yang menyerupai sifat Allah, yang mana sifat perkara baru dan sifat Allah
SWT itu bernama sifat kam
munfashil yang ditiadakan oleh sifat Wahdaniyah Allah SWT.
Dan Allah SWT juga Wahdaniyah
fil-af’ál (satu dalam pekerjaan-Nya), artinya tidak ada pekerjaan di
dunia ini yang dalam hakikatnya adalah pekerjaan makhluk, melainkan pekerjaan
itu adalah pekerjaan Allah SWT semata.
Jadi, jika ada orang bekerja,
maka pekerjaan itu sebenarnya adalah pekerjaan (yang diciptakan) Allah SWT.
Allah berfirman:
وَاللهُ خَلَقَكُمْ وَمَا تَعْمَلُوْنَ
“Allah yang menjadikan kalian semua, dan Allah juga yang
menjadikan pekerjaan kalian semua.” (QS. Ash-Shaffat [37]:96).
Jadi kesimpulannya, Allah SWT itu
Wahdaniyah dalam Dzat, dalam sifat, dan dalam pekerjaan-Nya.
Source:
- Artikel ini dikutib dari buku “Bunga Rampai Dialog
Iman-Ihsan” yang di terbitkan oleh Pustaka Pondok Pesantren SIDOGIRI,
Pasuruan, Jawa Timur.
- Pertanyaan diatas ditanyakan oleh saudara Fathullah
(Surabaya) dan Fathullah (Probolinggo) dan dijawab langsung
oleh KH. A. Nawawi Abdul Djalil, Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri.
- Sumber gambar: bincangsyariah.com