Pertanyaan:
Bagaimana hukumnya orang yang mengatakan “mayit ini
bagus” padahal mayit tersebut selama hidup jelas-jelas telah melakukan
kemaksiatan?
Jawaban:
Rasulullah Muhammad SAW bersabda:
مَنْ اَثْنَيْتُمْ
عَلَيْهَا خَيْرًا وَجَبَتْ لَهُ الْجَنَّةُ وَمَنْ اَثْنَيْتُمْ شَرًّا وَجَبَتْ
لَهُ النَّارُ اَنْتُمْ شُهَدَاءَ لِلهِ فِيْ الْأرْضِ
“orang (mayit) yang kalian beri pujian baik, ia masuk
Surga. Sedangkan orang yang kalian sebut buruk, ia masuk Neraka. Kalian adalah
saksi-saksi Allah SWT di muka Bumi”.
Selintas, Hadis diatas memberikan pengertian bahwa masuk
Surga atau neraka tergantung persaksian orang. Namun maksudnya bukan persaksian
palsu (memberi persaksian baik untuk orang yang jelas-jelas tidak baik).
Persaksian palsu itu hukumnya tidak boleh menurut syariat. Jadi,
memberi persaksian baik untuk mayit yang memang baik, itu dianjurkan. Sedangkan
memberi persaksian baik kepada mayit yang belum diketahui amal baiknya, apalagi
sudah masyhur ahli maksiat, hukumnya tidak boleh.
Pertanyaan 2:
(waswas terhadap sifat Allah)
Bagaimana cara menghilangkan waswas yang selalu
membisikkan atau menggambarkan sifat-sifat yang mustahil bagi Allah SWT?
JAWABAN:
Sifat waswas itu gangguan setan yang menggoda iman orang
Mukmin. Untuk menghilangkan waswas, sebaiknya lakukan banyak zikir dan istigfar
kepada Allah SWT, dengan senantiasa memerangi perasaan dalam hati tersebut.
Pikiran-pikiran yang bisa mendorong untuk memikirkan
sifat-sifat Allah SWT untuk sementara waktu dihindari sampai setan itu sudah
tidak menggoda lagi atau sudah tenang dan sudah tidak memikirkan sifat-sifat
Allah SWT yang bisa membuat hati bimbang.
Source:
- Artikel ini dikutib dari buku “Bunga Rampai Dialog Iman-Ihsan” yang di terbitkan oleh Pustaka Pondok Pesantren SIDOGIRI, Pasuruan, Jawa Timur.
- Pertanyaan diatas ditanyakan oleh saudara Syafiuddin (Jember) dan Nur Ali Husni (Pasuruan) dan dijawab langsung oleh KH. A. Nawawi Abdul Djalil, Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri.
- Sumber gambar: islam.nu.or.id