Pertanyaan:
Semua rasul itu ma’sum, tapi kenapa Nabi Adam AS
masih melangar larangan Allah SWT (makan buah khuldi)?
Jawaban:
Memakan buah khuldi yang dilakukan Nabi Adam AS bukan
merupakan maksiat yang berakibat dosa, baik dosa kecil atau besar. Akan tetapi,
kejadian itu digolongkan sebagai hasanátul-Abrár sayyi’atul-Muqarrabin (perbuatan
baik yang dilakukan oleh orang-orang baik tingkat biasa, merupakan perbuatan
jelek bagi orang yang sudah dekat dengan Allah SWT).
Maksudnya, bila makan buah khuldi itu dilakukan oleh
orang-orang biasa, hal itu akan menjadi perbuatan taat, atau paling tidak
menjadi perbuatan mubah. Sebab, Nabi Adam AS pada saat akan makan buah khuldi
itu melakukan ijtihad. Beliau tidak memakan buah khuldi yang ditunjuk
oleh Allah SWT dalam firman-Nya “Walá taqrabá hádzihisy-syajarata”, tapi
yang beliau makan adalah buah khuldi lain.
Dalam syariat, orang yang berijtihad dan ijtihadnya tersebut
benar, maka ia mendapat dua pahala. Namun apabila ijtihadnya salah, maka
mendapatkan satu pahala. Karena derajat Nabi Adam AS yang tinggi, maka
kekeliruan dalam ijtihad ini disebut sebagai maksiat.
Seandainya hal itu dilakukan oleh orang baik yang tingkat
biasa, maka bukan maksiat, justru bisa menjadi pahala atau minimal sesuatu yang
mubah. Demikian ini salah satu keterangan yang ada dalam kitab ash-Sháwi.
Source: