Pertanyaan:
Apa yang dimaksudkan dengan perkataan, “Orang yang
membaca tanpa melalui guru, maka gurunya adalah setan?
Jawaban:
Itu merupakan
perkataan yang masyhur dikalangan ahli Thariqah, bahwa orang yang ingin
sampai pada maqám yang tinggi secara syariat dan hakikat dengan sanad
yang nyambung kepada Rsasulullah SAW, ia harus melalui seorang guru yang bisa
menunjukkan dia ke jalan yang benar (tidak bertentangan dengan syariat). Jika tidak
demikian, maka dikhawatirkan setanlah yang membimbingnya, sehingga ia menjadi
tersesat.
Syekh / guru yang sudah sampai pada tingkatan makrifat
merupakan perantara bagi seorang murid untuk sampai kepada Allah SWT. Ia juga
menjadi sebuah pintu bagi seorang murid untuk sampai kepada hadráh iláhiyyah.
Oleh karena itu, ada ucapan yang terkenal di kalangan thariqáh, yang
berbunyi:
Orang yang tidak memiliki guru pembimbing, maka
pembimbingnya adalah setan.
Sedangkan untuk membaca ilmu-ilmu yang lain (selain thariqáh),
maka ijazah dari guru bukan sebuah keharusan. Imam as-Suyuthi dalam
kitab al-Itqán menjelaskan bahwa orang yang sudah memiliki kemampuan
untuk membaca atau membacakan kepada orang lain, maka boleh-boleh saja hal itu
dilakukan, meskipun tidak mendapatkan Ijazáh dari seorang guru.
Source:
- Artikel ini dikutib dari buku “Bunga Rampai Dialog Iman-Ihsan” yang di terbitkan oleh Pustaka Pondok Pesantren SIDOGIRI, Pasuruan, Jawa Timur.
- Pertanyaan diatas ditanyakan oleh saudara Kafa Bihi (Sidoarjo) dan dijawab langsung oleh KH. A. Nawawi Abdul Djalil, Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri.
- Sumber gambar: Google.com