HTTP Injector adalah salah satu aplikasi VPN yang bisa dimanfaatkan sebagai alat perantara (penginjek) internet gratisan. Aplikasi ini pertama kali dirilis sekitar tahun 2015 oleh developer ternama Evozi.
Pada awal-awal perilisan, HTTP Injector langsung booming dikalangan para pemburu internet gratisan diseluruh dunia. Terutama di negara-negara berkembang seperti Brazil, Argentina, Puerto Rico, Afrika, India, Bangladesh, Thailand, Filipina, Vietnam, Myanmar, Malaysia, Indonesia dan lain sebagainya.
Di Indonesia sendiri, puncak viralnya aplikasi HTTP Injector terjadi sekitar tahun 2016 sampai 2017. Dimana pada waktu itu pihak operator Axis sedang berbaik hati kepada pelanggannya dengan memberikan akses internet gratis secara Unlimited.
Unlimited disini bukan hanya di beberapa aplikasi saja melainkan full kuota reguler. Artinya bisa digunakan untuk mengakses seluruh internet tanpa ada pengecualian. Dengan catatan, untuk mendapatkan internet gratis tersebut kartu yang bersangkutan harus digandeng dengan aplikasi VPN semacam HTTP Injector. Kalau tidak ada alat penginjeknya, ya percuma. Pengguna tidak dapat mencicipi manisnya celah yang dibiarkan terbuka oleh operator yang satu ini.
Bahkan saking viralnya membuat situs penyedia akun SSH Gratisan kewalahan menerima visitor yang membludak yang datangnya secara bersamaan.
Hampir seluruh situs penyedia SSH kalau sudah jam 12 malam (pukul 00:00 WIB) pasti mengalami down. Sehingga untuk mendapatkan satu akun SSH saja kita harus menunggu 1 sampai 2 jam. Itupun kalau stoknya masih ada. Kadang kita sudah capek-capek nungguin loadingnya berjam-jam, malah setelah kita keluar dari loading stok SSH yang tersedia disana sudah ludes. Kalau sudah mengalami masalah seperti ini, rasanya gimana gitu.
Perlu diketahui bersama bahwa salah satu komponen utama untuk mendapat internet gratisan menggunakan alat penginjek HTTP Injector, pengguna harus mempunyai yang namanya SSH.
Untuk mendapatkan SSH ini, pengguna bisa memperolehnya dengan tiga cara. Pertama, user bisa dapatkan dengan cara membeli akun SSH Premium. Kedua, pengguna bisa langsung memakai SSH yang telah tersedia didalam aplikasi HTTP Injector. Dan yang ketiga pengguna bisa membuat akunnya di situs penyedia SSH Gratisan.
Dari ketiga cara diatas, untuk mendapatkan SSH-nya pengguna lebih memilih membuat akunnya di situs penyedia SSH Gratisan. Karena selain tidak berbayar, kualitasnya lebih bagus daripada SSH yang ada didalam HTTP Injector sendiri.
Biasanya situs penyedia SSH Gratisan ini selama 24 jam melakukan reset satu kali setiap pukul 00:00 WIB. Jadi wajar kalau dulu itu situsnya setelah jam 12 malam sampai 2 pagi dini hari mengalami down. Karena memang pengunjungnya datang secara bersamaan dengan jumlah yang sangat banyak. Sedangkan misalnya kalau kita ingin membuat akunnya di jam 6 pagi, maka di waktu tersebut kita sudah tidak kebagian lagi stoknya.###
Waduh, sebenarnya artikel ini sudah melenceng jauh dari topik. Bukannya ngebahas HTTP Injector lagi ini tapi ngebahas SSH. Oke kita lanjut ke topik.
Berikut perbedaan HTTP Injector (Biasa) dan HTTP Injector versi Lite.
1). Dari Segi Fungsi, Tampilan dan Speed.
Jika ditinjau dari segi fungsi, tampilan dan kecepatan speed internetnya, Saya rasa tidak ada perbedaannya sama sekali antara kedua aplikasi tersebut. Yang membedakan hanya terlatak pada warna logo Aplikasinya saja tidak sama. Di Versi biasa warnanya tetap tidak berubah yaitu warna hitam yang berkombinasi dengan putih. Sedangkan di versi Lite, berwarna silver yang berkombinasi dengan putih.
2). Ukuran File
Tapi kalau kita mau membandingkan ukuran kapasitas aplikasinya, maka HTTP Injector Lite lebih di unggulkan. Karena di versi Lite ukuran filenya lebih kecil dibandingkan dengan yang versi biasa. Sehingga memungkinkan aplikasi lebih ringan dijalankan pada ponsel yang mempunyai spek rendah.
3). Dari Segi Fitur.
Dari segi fitur, tentu versi biasa lebih lengkap daripada versi Lite. Pada HTTP Injector Lite tidak ada fitur alat untuk mencari bug internet gratisnya (Host Checker), IP Hunter, DNS Changer dan Penambatan Jaringan (Hotspot Wi-Fi).
4). Format File Config
Jika pada HTTP Injector Biasa, file config yang dihasilkan berformat .ehi sedangkan di HI versi Lite menghasilkan format .ehil.
Jadi kalau confignya berasal dari Injector Biasa, maka file tersebut tidak bisa digunakan (support) pada Injector versi Lite. Begitu pula sebaliknya, file config yang berasal dari HI Lite tidak bisa di impor ke aplikasi HI Biasa.
Demikianlah informasi dari kami tentang review aplikasi gretongan HTTP Injector Biasa dengan HTTP Injector Lite.